Tags

, , , , , , , , , , , , , , , , ,

Oleh : Dra. Mazdalifah, MSi, Ph,D

Abstrak

Penonton anak merupakan penonton yang amat potensial dipengaruhi oleh televisi. Penonton anak disebut dengan “the great imitator” dengan cepat meniru apa yang mereka tonton di televisi.  Oleh sebab itu keluarga memegang peranan penting sebagai benteng utama, agar anak tidak mudah untuk dipengaruhi  televisi.  Keluarga yangd dimaksud adalah orang tua yaitu ayah dan ibu, terutama ibu. Hasil penelitian membuktikan bahwa 85% dari perilaku anak merupakan hasil keeratan hubungan dengan ibunya. Dalam Piagam Anak dalam Islam yang dikeluarkan oleh Lembaga Wanita dan Anak Islam Internasional tertulis pada butir ketiga “keluarga merupakan tempat pengasuhan anak, lingkungan yang  dibutuhkan anak dalam proses pendidikan, dan sekolah yang pertama bagi anak mendapatkan pengajaran nilai-nilai kemanusiaan, perilaku, kerohanian dan pendidikan agama”.

Kekhawatiran mengenai pengaruh buruk televisi terhadap anak, menjadi sangat beralasan mengingat pola menonton anak Indonesia telah sampai pada taap penonton berat (heavy viewer). Anak-anak menghabiskan waktu 3-4 jam per hari. Gambaran yang sama juga menunjukkan bahwa anak-anak di kota Medan menghabiskan sebagian besar waktunya di depan televisi 3-4 jam per hari. Khusus di hari libur lamanya menonton televisi akan semakin bertambah besar. Selain itu kekhawatiran terhadap pengaruh buruk televisi menjadi semakin kuat, karena mutu tayangan televisi didominasi oleh tayangan kekerasan, seks, mistik, dan kemewahan tiada tara. Salah satu upaya untuk meminimalisir pengaruh buruk televisi adalah dengan kegiatan media literasi. Kegiatan media literasi dalam hal ini adalah membangun kegiatan menonton yang baik. Dimana ank dapat memahami, memilah, membatasi dan membuat jadwal menonton televisi. Keluarga menjadi factor penting dalam mewujudkan kegiatan menonton yang baik pada anak.

Persoalan media literasi hampir tidak pernah menjadi perhatian orang tua. Orang tua lebih perhatian pada kursus musik, mengaji, beladiri, menari dan sebagainya. Tontonan dinikmati tanpa adanya pemahaman memadai. Hal ini karena orang tua tidak mempunyai pemahaman memadai tentang media literasi. Hasil riset menunjukkan bahwa “hampir semua orang tua tidam mempunyai strategi menyeluruh, tidak ada kebijakan umum untuk menetapkan batasan terhadap media”. Disamping itu dlam sebuah seminar berjudul “diet media” menyatakan bahwa keluarga tidak cukup sadar akan peran media (kurang memiliki kemampuan media literasi).”

 W. James Potter  menyatakan bahwa kita harus memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan media literasi agar dapat mengurangi pengaruh buruk media. Seperangkat pengetahuan itu berkaitan dengan pengetahuan tentang isi media (media content), pengaruh media (media effect) dan industri media (media industiy). Sementara itu berkaitan dengan penonton anak, ketrampilan media literasi meiputi : pendampingan, penjelasan, pemilihan dan penjadwalan menonton.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana struktur pengetahuan dan ketrampilan media literasi televisi yang dimiliki oleh keluarga di kota Medan. Secara khusus mencoba membandingkan ppengetahuan dan ketrampilan media literasi yang dimiliki  pada keluarga strata tinggi dengan keluarga strata rendah . Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data struktur pengetahuan dan ketrampilan media literasi televisi keluarga, dimana dengan data ini dapat disusun sebuah model pendidikan media literasi di kota Medan. Lokasi Penelitian ini di SD Harapan 1 Medan mewakili keluarga strata tinggi dan SD Negeri 067952 mewakili keluarga strata rendah. Penelitian ini berlangsung dari Oktober 2008 – Agustus 2009. Populasi penelitian adalah keluarga yang memiliki anak di sekolah dasar. Sampel penelitian adalah ibu rumah tangga yang memiliki anak di sekolah dasar dari kelas I – VI. Jumlah sampel yang diambil 200 keluarga, dengan rincian 100 keluarga strata tinggi dan 100 keluarga strata rendah. Teknik Pengambilan sampel menggunakan random sampling. Data yang ada dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, wawancara mendalam, dan observasi.

Hasil uji hipotesis dengan menggunakan Independent Sample T-test menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan yang signifikan antara keluarga strata tinggi dan rendah dalam hal pengetahuan tentang isi media (media content),  pengaruh media (media effect), dan industri media (media industry). Hasil ketrampilan media literasi menunjukkan tidak adanya perbedaan yang  signifikan antara keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah dalam hal pendampingan anak, menjelaskan tayangan, memilih tayangan, menjadwalkan kegiatan menonton anak.

Latar Belakang

Negara dan masyarakat wajib melindungi kanak-kanak dari tayangan tidak mendidik. Menurut Konvensi Hak Anak (Convention on The Right of Child) menyatakan anak mempunyai hak untuk mendapatkan hiburan yang sehat dan mendidik , serta hak untuk berekspresi melalui media (Kidia, 29 Juli 2007). Negara Republik Indonesia turut pula melindungi kanak-kanak melalui Undang-Undang nomor 32 tentang Penyiaran.  Pada bab V pasal 48 pasal 4 Pedoman Perilaku Penyiaran menentukan standar isi siaran yang sekurang-kurangnya berkaitan dengan perlindungan terhadap kaak-kanak, remaja dan perempuan.

Keluarga dalam hal ini orang tua berperan penting dalam melindungi anak dari serbuan tayangan tidak mendidik. Berdasarkan hasil riset menunjukkan hampir semua orang tua tidak memiliki strategi menyeluruh, tidak ada kebijakan umum untuk menetapkan batasan terhadap media (Hadiati:2008). Sementara itu anak-anak di Indonesia mengalami serangan kondisi yang tidak menguntungkan, diantaranya adalah : keluarga tidak cukup sadar akan peran media, kurang memilki kemampuan melek media/media literasi (Nina Armando:2008).

Keluarga (orang tua) memiliki metode dalam mendidik anak-anaknya. Masing-masing keluarga memiliki kekhasan tersendiri, berdasarkan latar blakang pendidikan, latar belakang ekonomi serta pengalaman yang dialami. Berdasarkan strata ekonomi keluarga strata tinggi memiliki banayak fasilitas dan ekonomi, dalam mendidik kanak-kanaknya.  Sementara itu keluarga strata rendah dengan ekonomi dan fasilitasterbatas, mungkin tidak bisa leluasa dalam mendidik anak-anaknya. Perbedaan strata ekonomi keluarga diramalkan akan membuat perbedan dalam pengetahuan dan ketrampilan media literasi yang dimiliki. Dengan mengetahui perbedaan tersebut penulis berharap dapat menyusun panduan pendidikan media literasi yang tepat bagi keluarga Indonesia.

Penulis beranggapan bahwa keluarga harus membekali dengan pengetahuan dan keterampilan Media Literacy. Khususnya saat anak berinteraksi dengan media televisi, sehingga keluarga dapat melindungi dan membangun kegiatan menonton yang baik bagi anaknya.  W . james Potter (2005, 34) menyatakan dasar membangun media literasi adalah seperangkat struktur pengetahuan yang terdiri dari pengetahuan tentang isi media, pengetahuan tentang pengaruh media dan pengetahuan tentang industri media. Dengan memiliki struktur pengetahuan ini, secara aktif kita memberikan pengertian bahwa kita memahami dan menyadari pesan-pesan tersebut dengan hati-hati, serta memberi perhatian pada saat melakukan interaksi dengan media. Apabila keluarga telah memiliki seperangkat pengetahuan tersebut , diharapkan keluarga (orang tua) dapat berfikir lebih kritis. Selain seperangkat pengetahuan tersebut keluarga juga diharapkan untuk dapat menerapkan dalam bentuk ketrampilan mendampingi, menjelaskan, memilihkan, dan menjadwalkan kegiatan menonton. Dengan demikian keluarga diharapkan menjadi benteng utama yang melindungi anak-anak.

Perumusan Masalah berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan beberapa masalah :

  1. Bagaimana pengetahuan media literasi yang dimiliki oleh keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah di kota Medan?
  2. Apakah terdapat perbedaan pengetahuan media literasi televisi yang dimiliki keluarga Strata tinggi dengan keluarga strata rendah di kota Medan?
  3. Bagaimana keterampilan media literasi televisi yang dimiliki oleh keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah di kota Medan?
  4. Apakah terdapat perbedaan keterampilan media literasi televisi yang dimilki keluarga strata tinggi dengan keluarga strata rendah di kota Medan?

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui pengetahuan media literasi televisi yang dimiliki oleh keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah di kota Medan.
  2. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan media literasi televisi yang dimiliki oleh keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah di kota Medan
  3. Untuk mengetahui keterampilan media televisi yang dimilki oleh keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah di kota Medan
  4. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan media literasi televisi yang dimiliki oleh keluarga strata tinggi dengan keluarga strata rendah di kota Medan
  5. Membuat usulan pada pelbagai pihak dalam mengembangkan program media literacy di Medan

Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

  1. Untuk memperkaya penelitian komunikasi di Indonesia terutama penelitian media literasi khususnya media televisi di kota Medan
  2. Menjadi masukan bagi perencanaan pengembangan pendidikan media literasi berbasis keluarga di Medan
  3. Mendukung terwujudnya lembaga pengawasan siaran televisi (media watch) di Indonesia terutama di kota Medan

Tinjauan Pustaka

Pengetahuan Media Literasi

Pondasi pengetahuan media literasi menurut Potter (2005, 33)adalah seperangkat struktur pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang isi media, media industri, pengaruh media, informasi dunia nyata dan diri sendiri. Namun dari kelima hal tersebut, Potter amat menyoroti tiga aspek pengetahuan yang amat mendasar dalam media literasi, yaitu: pengetahuan  tentang isi media, media industri dan pengaruh media.

Pengetahuan tentang isi media berkaitan dengan pengetahuan orang tentang banyak informasi yang dimiliki tentang acara TV. Pengetahuan tersebut meliputi acara apa saja yang ada di televisi seperti: acara hiburan, berita dan iklan. Informasi ini membantu orang untuk mengakses pesan media dan untuk alasan ini, jenis informasi sangat berguna. Pengetahuan tentang industri media berkaitan dengan pengetahuan kepemilikan televisi, bagaimana mereka menjalankan bisnis televisi, bagaimana  mereka berinteraksi, dan bagaimana mereka memasarkan  pesan-pesan melalui televisi. Pada umumnya orang-orang sangat sedikit mengembangkan pengetahuan ini. Semakin banyak orang-orang mengelaborasi tentang industri media maka mereka akan semakin mengerti tentang bagaimana isi media diproduksi. Pengetahuan tentang pengaruh media berkaitan dengan pengetahuan yang luas tentang pengaruh yang dimiliki oleh media,  dalam hal ini khususnya tentang media televisi. Pengaruh tersebut meliputi pengaruh pada pengetahuan seseorang, sikap, emosi, psikologi, dan perilaku.

Keterampilan Media Literasi

Kata dasar dari keterampilan adalah terampil yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Yang dimaksud dengan Keterampilan Media Literasi adalah kecakapan seseorang dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini kecakapan yang dimaksud adalah kecakapan keluarga (orang tua) dalam mendampingi anak, menjelaskan kepada anak, memilihkan tayangan yang baik, dan menjadwalkan kegiatan menonton televisi yang baik bagi anak.

Keluarga pada masa kini menikmati televisi tanpa pemahaman yang memadai. Karena orang tua tidak mempunyai  pemahaman yang cukup mengenai media literasi. Hal ini mengakibatkan keluarga (orang tua) tidak bisa melakukan media literasi kepada sang anak. Media literasi memang akhirnya harus dimulai dari orang tua lalu berlanjut kepada anak-anaknya, tetangganya, dan akhirnya kepada masyarakat sekitarnya.

Penjelasan dan uraian tersebut dia atas menyatakan bahwa orang tua harus benar-benar memahami tentang berbagai media yang dikonsumsi anak. Jika anak menonton TV, orang tua harus melakukan pendampingan untuk mengkounter pesan yang buruk. Orang tua harus tahu acara apa yang ditonton anak, apa muatannya (sehatkah untuk anak, apakah sesuai dengan umur anak), dan apa kemungkinan dampak yang timbul (apakah efeknya positif atau negatif?). Orang tua juga seharusnya mengatur pola jam  menonton anak. Berapa lama anak boleh menonton? (seharusnaya tidak lebih dari 2 jam, sesuai saran ahli), acara apa yang oleh ditonton, dan kapan saja anak boleh menonton  (misalnya, setelah selesai mengerjakan semua tugas rumah dan sekolah).

Apabila orang tua melek media dan  menerapkan kemampuan ini di keluarga atau di rumah, maka anak-anak pun akan melek media.  Mereka akan memiliki daya kritis terhadap isi tayangan TV (bisa menilai mana acara yang bagus dan tidak, yang bermanfaat atau tidak, tahu menilai dampaknya), tidak gampang terpengaruh TV, dan melakukan seleksi terhadap acara TV. Anak pun akan cerdas dan bijak menggunakan media. Di tengah perkembangan teknologi dan media masa kini yang luar biasa pesat, kemampuan ini memang sangat perlu diajarkan kepada anak, agar ia memiliki kemampuan leih baik dalam beradaptasi dan mengenali lingkungannya, sekaligus membuatnya dapat “imun” terhadap dampak negatif media. (Ummi, Edisi Juni-Agustus 2009, 60-61)

Stratifikasi Sosial

Secara umum stratifikasi sosial adalah tingkatan sosial yang ada dalam masyarakat. Pitrin A. Sorokin mendefenisikan bahwa sistem stratifikasi adalah pembedaan penduduk atau masyarakat dalam kelas secara bertingkat, yang diwujudan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah (Raharjo 2009, 34). Dasar yang bisa digunakan untuk menggolongkan satu masyarakat dalam sebuah pelapisan sosial antara lain sebagai berikut:

  1. Kekayaan (capital)
  2. Kekuasaan (power)
  3. Kehormatan (previlege)
  4. Ilmu pengetahuan (science)

Penelitian ini menggunakan dasar pelapisan masyarakat berdasarkan kekayaan atau ekonomi. Stratifikasi ekonomi membedakan warga masyarakat menurut penguasaan dan kepemilikan materi. Kriteria ekonomi selalu berkaitan dengan aktivitas pekerjaan, kepemilikan atau kedua-duanya. Dengan kata lain, pendapatan, kekayaan dan pekerjaan akan membagi masyarakat ke dalam beberapa stratifikasi atau kelas ekonomi. Secara garis besar menurut kriteria ekonomi terdapat tiga kelas sosial :

  1. Kelas atas (upper)
  2. Kelas menengah (middle)
  3. Kelas bawah (lower class)

Berdasarkan kriteria ekonomi, kelas atas ditandai dengan kepemilikan barang-barang mewah, seperti : rumah, mobil, perhiasan dan lain-lain.

Model Teoritis

Strata keluarga

Strata Tinggi

Strata Rendah

Pengetahuan Media Literasi

–          Isi Media

–          Dampak Media

–          Industri Media

Keterampilan Media Literasi

–          Mendampingi

–          Menjelaskan

–          Memilihkan

–          Menjadwalkan

Hipotesa

H1           : terdapat perbedaan pengetahuan tentang isi media antara keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah

H2           : terdapat perbedaan pengetahuan tentang pengaruh media antara keluarga strata tinggi dengan keluarga strata rendah

H3           : terdapat perbedaan pengetahuan tentang industi media antara keluarga strata tinggi dengan keluarga strata rendah

H4           : terdapat perbedaan keterampilan mendampingi anak antara keluarga strata tinggi dengan keluarga strata rendah

H5           : terdapat perbedaan keterampilan menjelaskan tayangan antara keluarga strata  tinggi dengan keluarga strata rendah

H6           : terdapat perbedaan keterampilan memilihkan tayangan antara keluarga strata tinggi dengan keluarga strata rendah

H7           : terdapat perbedaan keterampilan menjadwalkan kegiatan menonton anak antara keluarga strata tinggi dengan keluarga strata rendah

Operasionalisasi Konsep

Konsep

Variabel

Dimensi

Kategori

Indikator

Strata Ekonomi Penghasilan Tingkat Penghasilan :-          Tinggi-          Rendah Tinggi :4 – 10 JutaRendah :

0 – 4 juta

Pengetahuan Media Literasi Tingkat Pengetahuan Media Literasi Kognisi –    Pengetahuan responden tentang isi media-          Pengetahuan responden tentang dampak media-          Pengetahuan responden tentang industry media Pengetahuan responden bahwa tayangan televisi (hiburan, berita, iklan) sangat baik, baik, kurang baik atau tidak baik.Pengetahuan responden bahwa tayangan televisi memberi pengaruh positif atau negatif kepada pengetahuan,sikap, emosi, kejiwaan dan perilakuPengetahuan responden tentang sumber pedapatan, keuntungan, pengeluaran dan kepemilikan televisi
Keterampilan Media Literasi Tingkat Keterampilan Media Literasi Konatif –          Mendampingi-          Menjelaskan-          Memilihkan

–          Menjadwalkan

Mendampingi atau tidak mendampingi anak ketika menontonMenjelaskan atau tidak menjelaskan isi tayangan kepada anakMemilih atau tidak memilih isi tayangan kepada anak. Menjadwal-kan waktu menonton bagi anak

Metodologi

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode komparatif, dimana berusaha membandingkan pengetahuan dan keterampilan media literasi yang dimiliki antara keluarga strata tinggi dengan keluarga strata rendah di kota Medan.

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua sekolah yang ada di kota Medan, yaitu SD Harapan 1 Medan (strata tinggi) dan SD Negeri No. 067952 (strata rendah)

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga orang tua yang memiliki anak-anak yang bersekolah di Sekolah Dasar. Peneliti menetapakan SD Harapan 1 Medan mewakili keluarga strata tinggi, berjumlah 695 orang. Peneliti mengambil populasi keluarga strata rendah di SD Negeri 067952 Medan Johor, berjumlah 582 orang.

Sampel

Sampel penelitian yang diambil dalam penelitian adalah ibu dari keluarga berjumlah 200 orang, yang terdiri dari 100 ibu keluarga strata tinggi, dan 100 ibu keluarga strata rendah

Teknik penarikan sampel

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Snow Ball. Dimana peneliti meminta bantuan pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan guru wali kelas untuk memilih keluarga (orang tua ) anak yang berhak menjadi sampel. Setelah memperoleh informasi peneliti akan menanyakan kembali siapa keluarga yang dapat menjadi sampel . Demikian seterusnya sehingga terpenuhi jumlah sampel 100 keluarga dari kelas 1 sampai kelas VI.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan Data dalam peneltian ini dilakukan melalui : Kuesioner, wawancara mendalam dan observasi

Metode Analisa Data

Penelitian ini mengunakan analisa data tabel tunggal dan uji hipotesis dengan menggunakan rumus Independent sampel T – Test

Analisis Temuan Data

Tabel Frekuensi Temuan Data

No

Variabel

Strata TInggi

Strata Rendah

1 Tingkat Pendidikan Orang Tua Rendah : 21%Menengah : 20%Tinggi : 60% Rendah : 95%Menengah : 4%Tinggi : 1%
2 Pengetahuan Tentang Hiburan Tidak Baik : 9%Kurang Baik : 28%Baik : 57%

Sangat Baik : 6%

Tidak Baik : 1%Kurang Baik : 35%Sangat Baik : –
3 Pengetahuan Tentang Berita Tidak Baik : 1%Kurang Baik : 23%Baik : 67%

Sangat Baik : 9%

Tidak Baik : 3%Kurang Baik : 25%Sangat Baik : 0%
4 Pengetahuan Tentang Iklan Tidak Baik : 12%Kurang Baik : 51%Baik : 37%

Sangat Baik : 9%

Tidak Baik : 8%Kurang Baik : 78%Baik : 14%

Sangat Baik : 0%

5 Pengaruh Media Terhadap Pengetahuan Positif : 11%Negatif : 86%Tidak Tahu : 3% Positif : 8%Negatif : 69%Tidak Tahu : 13%
6 Pengaruh Media Terhadap Sikap Positif : 49%Negatif : 43%Tidak Tahu : 8% Positif : 7%Negatif : 11%Tidak Tahu : 82%
7 Pengarauh Media Terhadap Emosi Positif : 45%Negatif : 43%Tidak Tahu : 12% Positif : 5%Negatif : 12%Tidak Tahu : 83%
8 Pengaruh Media Terhadap Psikologi Positif : 41%Negatif : 44%Tidak Tahu : 15% Positif : 10%Negatif: 7%Tidak Tahu : 83%
9 Pengaruh Media Terhadap Perilaku Positif : 40%Negatif : 42%Tidak Tahu : 18% Positif : 27%Negatif : 35%Tidak Tahu : 38%
10 Pengetahuan Tentang Pendapatan Media Tahu : 75%Tidak Tahu : 25% Tahu  : 90%Tidak Tahu : 10%
11 Pengetahuan Tentang Pengeluaran Media Tahu : 70%Tidak Tahu : 30% Tahu : 93%Tidak Tahu : 7%
12 Pengetahuan Tentang Keuntungan Media Tahu : 69%Tidak Tahu : 31% Tahu : 92%Tidak Tahu : 8%
13 Pengetahuan Tentang Kepemilikan Media Tahu : 36%Tidak Tahu  : 64% Tahu : 58%Tidak Tahu : 42%
14 Keterampilan Mendampingi Anak Didampingi : 97%Tidak didampingi : 3% Didampingi : 95%Tidak Didampingi : 5%
15 Keterampilan Menjelaskan Tayangan Menjelaskan : 92%Tidak Menjelaskan : 8% Menjelaskan : 89%Tidak Menjelaskan : 11%
16 Keterampilan Memilihkan Tayangan Memilihkan : 25%Tidak Memilihkan : 75% Memilihkan : 26%Tidak Memilihkan : 74%
17 Keterampilan Menjadwalkan Menjadwalkan : 66%Tidak menjadwalkan : 34% Menjadwalkan : 77%Tidak men-jadwalkan : 23%

Pengujian Hipotesis

No

Variabel Independen

Variabel Dependen

Hasil

1 Strata Ekonomi Pengetahuan tentang isi media Ada Perbedaan (terima)
2 Strata Ekonomi Pengetahuan tentang pengaruh media Ada Perbedaan (terima)
3 Strata Ekonomi Pengetahuan tentang industry media Ada Perbedaan (terima)
4 Strata Ekonomi Keterampilan mendampingi anak Tidak ada perbedaan (tolak)
5 Strata Ekonomi Keterampilan menjelaskan tayangan Tidak ada perbedaan (tolak)
6 Strata Ekonomi Keterampilan memilihkan tayangan Tidak ada perbedaan (tolak)
7 Strata Ekonomi Keterampilan menjadwalkan kegiatan menonton Tidak ada perbedaan (tolak)

Strata Ekonomi dengan Pengetahuan Isi Media

Temuan data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan tentang isi media televisi antara keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah . Pengetahuan tentang isi media dirinci lagi menjadi pengetahuan tentang tayangan hiburan, berita dan iklan. Diantara ketiga tayangan tersebut, terdapat perbedaan hanya pada pengetahuan tentang hiburan. Tayangan hiburan terdiri dari sinetron, film, musik dan kuis . Perbedaan tersebut terutama pada pengetahuan tentang sinetron. Keluarga strata tinggi beranggapan bahwa sinetron sama sekali tidak baik ditonton oleh anak, sementara itu keluarga strata rendah hanya beranggapan sinetron kurang baik. Hal ini semakin ditegaskan dari hasil wawancara mendalam dengan ibu kepala sekolah SD negeri yang menyatakan bahwa menu utama tontonan ibu-ibu dari murid-muridnya adalah sinetron. Bahkan abikibat menonton sinetron, mereka banyak menunda tugas rumah tangga. Alasan mereka menonton sinetron mendapat pelajaran bagaimana menyelesaikan persoalan rumah tangga sehari-hari. Sementara ibu-ibu strata tinggi tidak menjadikan sinetron sebagai menu utama tontonan mereka. Mereka menonton tayangan yang lebih beragam seperti berita dan tayangan edukasi lainnya.

Temuan data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan tentang pengaruh media televisi antara keluarga strata tinggi dengan keluarga strata rendah. Bahwa media televisi sesungguhnya memiliki pengaruh pada pengetahuan, sikap, emosi, kejiwaan dan perilaku seseorang, khususnya pada anak-anak. Hal ini dikarenakan usia anak yang masih sangat muda dan cara berfikir yang mudah menerima apa saja dari lingkungannya. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan pengaruh negatif. Sebagai orang tua, sebaiknya mewaspadai pengaruh negatif televisi (kekerasan, mistik, konsumerisme, dan pornografi). Keluarga strata  tinggi menunjukkan bahwa keluarga strata tinggi memiliki pengetahuan lebih baik daripada keluarga strata rendah. Sebagian besar mengetahui bahwa televisi dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, emosi, kejiwaan dan perilaku seseorang terutama anak. Keluarga strata tinggi mengetahu dengan baik bahwa televisi memiliki pengaruh positif maupun negatif pada anak. Dari hasil wawancara mendalam ditemukan bahwa pengaruh yang paling besar ada pada pengetahuan. Televisi memberi pengaruh buruk pada pengetahuan, khususnya tentang adegan kekerasan yang vulgar, sering muncul pada sinetron dan film. Maraknya informasi tentang pembunuhan, perkosaan dan kekerasan lainnya membuat mereka risau akan dampaknya terhadap diri anak. Terutama anak akan mengimitasi perilaku tersebut dalam kesehariannya. Mereka juga berpendapat bahwa tayangan sinetron dan film member pengaruh pada sikap dan emosi anak. Namun ada sebagian kecil yang mengetahui  bahwa televisi juga mampu memberi pengaruh positif dalam hal pemberian informasi yang terjadi di sekitar, peristiwa penting dunia, dan tentang IPTEK. Dengan informasi yang bersifat positif ini keluarga menyadari bahwa anaknya akan menjadi lebih kritis. Anak mereka menjadi tahu bahwa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, dapat dilihat di tayangan Bolang yang menampilkan anak-anak dari Indonesia bagian timur. Sementara itu keluarga strata rendah mengetahui bahwa televisi dapat member pengaruh hanya pada pengetahuan saja. Sementara pada sikap, emosi, kejiwaan dan perilaku sebagian besar tidak mengetahui pengaruh positif maupun negatif. Bagi keluarga strata rendah televisi adalah media hiburan saja. Mereka senang anaknya bisa duduk diam di rumah sambil menonton televisi. Meskipun kadang-kadang mereka melihat anak-anak menjadi lebih agresif setelah menonton film, tetapi mereka umumnya tidak menyadari bahwa itu ditiru dari televisi. Tindakan anak dianggap sebagai tindakan wajar terjadi pada saat bermain.

Strata Ekonomi dengan Pengetahuan Industri Media

Pengetahuan tentang industri media terdiri dari pengetahuan tentang pendapatan, pengeluaran, keuntungan dan kepemilikan televisi (Potter, 2005).  Pengetahuan ini diharapkan member dasar pemahaman bagaimana beroperasinya sebuah stasiun televisi. Bahwa untuk menjalan kan sebuah stasiun televisi diperlukan sumber pendapatan dan keuntungan dari bidang tertentu. Stasiun televisi juga mengeluarkan sejumlah pembiayaan, agar berjalan dengan baik. Disamping itu stasiun televisi tidak lepas dari kepemilikan seseorang. Kepemilikan menjadi penting mengingat pemilik adalah orang yang dapat menentukan arah dan kebijakan stasiun televisi tersebut.

Temuan data menunjukkan bahwa pengetahuan industri media antara keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah ada perbedaan. Dari empat komponen (pendapatan, pengeluaran, keuntungan dan kepemilikan)perbedaan jawaban terdapat pada pertanyaan kepemilikan media. Temuan menarik lainnya adalah keluarga strata rendah ternyata lebih banyak mengetahui daripada keluarga strata tinggi. Penulis mencoba menelusuri hal ini, dan menduga karena jadwal kegiatan padat dan pertanyaan dalam kuesioner sangat banyak, sehingga mereka cenderung menjawab  tidak tahu, agar cepat selesai. Dari hasil telusuran jawaban yang diberikan terlihat bahwa keluarga strata tinggi menyatakan bahwa pendapatan terbesar diperoleh dari iklan, pengeluaran terbesar untuk menggaji pegawai dan produksi hasil siaran, keuntungan banyak diperoleh dari iklan., pemilik dapat mempengaruhi isi siaran. Sementara itu keluarga strata rendah mengetahui bahwa sumber pendapatan televisi terbesar adalah iklan, pengeluaran terbesar untuk membeli film, keuntungan terbesar diperoleh darai iklan, dan kepemilikan dapat mempengaruhi isi siaran.

Strata Ekonomi dengan Ketrampilan Mendampingi Anak

Keterampilan mendampingi anak saat menonton televisi amat diperlukan, mengingat banyak isi tayangan yang tidak aman dan perlu mendapat penjelasan. Oleh sebab itu keluarga perlu melakukan pendampingan. Patti Valkenburg (Rakhmani 2005, 151)menyatakan bahwa coviewing banyak dilakukan oleh orang tua berpendidikan rendah. Hal ini karena coviewing paling mudah dilakukan dimana orang tua sekedar menemani anak tanpa harus aktif berkomentar. Temuan data menunjukkan bahwa keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah tidak memiliki perbedaan dalam mendampingi anaknya. Kedua jenis keluarga ini sama-sama melakukan pendampingan saat menonton televisi. Penulis mencoba mengelaborasi lebih dalam dengan menanyakan alasan perlunya pendampingan. Temuan pada keluarga strata tinggi menunjukkan bahwa jawaban dari keluarga strata tinggi lebih bervariasi, susunan kata lebih panjang, menggunakan kata asing, dan tata bahasa yang lebih baik. Sebagai contoh : perlu pendampingan karena siaran televisi dapat mempengaruhi jiwa anak. Anak masih kecil sehingga perlu diedukasi menelaah acara televisi. Perlu pendamping, pada saat tayangan film dan sinetron yang mungkin pada saat tertentu ada yang tidak dimengerti oleh mereka. Contohnya film animasi . Sementara itu alasan yang diberikan oleh keluarga strata rendah lebih sederhana dan singkat contoh : perlu pendampingan , karena banyak acara tidak baik. Kita tahu apa yang ditonton anak menjalin keakraban dengan anak

Strata Ekonomi dengan Keterampilan Menjelaskan Tayangan

Keluarga amat diperlukan dukungannya dalam mewujudkan kegiatan menonton yang baik dan sehat bagi anak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberi penjelasan kepada anak mengenai tayangan yang mereka lihat. Temuan data menunjukkan bahwa keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah sama-sama member penjelasan kepada anak-anaknya. Stephen Kline menyatakan : diperlukan orang tua kritis, orang tua harus tau kapan berkomentar positif dan kapan berkomentar negarif ketika menonton bersama anaknya. Selanjutnya Ami Nathanson menambahkan saat orang tua menjelaskan sesuatu kepada anak sebenarnya ia telah melakukan mediasi aktif. Bahwa saat orang tua melakukan mediasi hal tersebut merupakan usaha yang baik dilakukan untuk membantu anak memahami berfikir kritis atas isi televisi. Dengan melakukan mediasi orang tua bisa menggunakan televisi sesuai kebutuhan sehingga anak bisa menarik sebesar- besarnya dengan kotak ajaib ini. (Rakhmani 2005, 154). Penulis menanyakan alasan mengapa perlu melakukan penjelasan saat menonton televisi. Jawaban dari keluarga strata tinggi memiliki jawaban yang lebih bervariasi daripada keluarga strata rendah. Keluarga strata tinggi berpendapat bahwa member penjelasan diperlukan karena anak mengetahui mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak. Agar anak menyerap lebih banyak hal yang positif dari tayangan. Agar anak mengerti dengan baik apa yang mereka tonton dan dapat menambah wawasan. Sementara itu alasan dari keluarga strata rendah  antara lain agar anak lebih cepat nangkap. Anak mengerti apa yang ditonton, anak tidak asal menonton televisi.

Strata Ekonomi Dengan Ketrampilan Memilihkan Tayangan

Keluarga yang baik harus menyeleksi tayangan apa yang pantas ditonton oleh anak dan mana yang tidak pantas. Artinya keluarga memilihkan tayangan yang baik untuk anaknya. Tayangan yang baik tersebut adalah tayangan yang menghibur dan mendidik. Beberapa syarat tayangan yang baik diantaranya adalah: mampu memberikan inspirasi untuk berbuat kebakan, memberi teladan, mampu membuat kita merefleksi diri dan introspeksi, sesuai dengan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi (Mahayoni & Lim, 2008, 113). Hasil temuan data menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah dalam memilihkan tayangan kepada anak. Adapun alasan yang diberikan oleh keluarga strata tinggi antara lain adalah : agar perkembangan anak tidak terganggu, agar lebih terpogram, agar anak-anak tidak meniru dan terpengaruh tayangan-tayangan yang berdampak negatif. Agar anak-anak lebih mengerti dan menambah wawasan dari acara yang ditonton, dan mengetahui apa yang pantas ia tonton serta mendapat hal yang positif dari apa yang dtontonnya. Sementara alasan-alasan yang dikemukakan oleh keluarga strata rendah antara lain: agar anak tidak menonton acara dewasa, terlalu banyak acara dewasa dan aneh, agar sesuai dengan usia anak. Selanjutnya penulis menguji kemampuan memilihkan tayangan dengan memperlihatkan tanda BO, R, D, dan SU. Pada keluarga strata tinggi umumnya mengetahui dan memperhatikan tanda-tanda tersebut. Namun pada keluarga strata rendah rata-rata kurang memahami semua tanda, dan tidak memperhatikannya.

Strata ekonomi dengan keterampilan menjadwalkan kegiatan menonton anak

Penjadwalan maksudnya adalah mengatur pola menonton anak –anak agar tidak mengganggu aktifitas lainnya. Hal ini dikarenakan anak-anak memiliki berbagai aktifitas, bersekolah, les, belajar, dan membuat pekerjaan rumah, mengaji, sholat dan lain sebagainya. Pada anak-anak keluarga strata tinggi aktifitas kesehariannya amat padat, selain jadwal sekolah anak-anak mereka umumnya mengikuti les tambahan seperti les mata pelajaran, les musik, atau mengaji. Kegiatan menonton televisi praktis hanya bisa dilakukan pada malam hari. Semantara anak-anak pada keluarga strata rendah tidak banyak mengikuti les, kalaupun ada yang paling banyak adalah mengikuti kegiatan mengaji. Hal ini mengakibatkan anak-anak strata rendah lebih banyak memanfaatkan waktu luangnya untuk bermain atau menonton televisi dari sejak pulang sekolah, pukul 1 hingga malam hari. Temuan data menunjukkan tidak ada perbedaan dalam melakukan penjadwalan menonton televisi. Artinya kedua jenis keluarga sama-sama melakukan penjadwalan kegiatan menonton televisi. Berdasarkan pengamatan di lapangan meskipun sama-sama memiliki jadwal, namun dalam penerapannya keluarga strata tinggi lebih tegas dan disiplin dalam menerapkan jadwal menonton televisi pada malam hari saja. Hal ini karena jadwal aktifitas anak mereka sangat padat. Apabila kebanyakan menonton televisi, kegiatan lainya dapat terganggu. Sementara itu pada keluarga strata rendah meskipun ada jadwal yang sudah ditentukan , kebanyakan jadwal ini tidak diterapkan dengan tegas. Anak sering melewati batas menonton, dan orang tua membiarkan saja hal ini terjadi.

 

Kesimpulan dan saran

  1. Hasil perbandingan pengetahuan media literasi televisi antara keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah terdapat perbedaan, yang meliputi: pengetahuan terhadap isi media, pengeruh media dan industri media.
  2. Hasil perbandingan keterampilan media literasi televisi antara keluarga strata tinggi dan keluarga strata rendah tidak terdapat perbedaan, yang meliputi: mendampingi, menjelaskan, memilihkan dan menjadwlkan kegiatan menonton televisi

Untuk penelitian selanjutnya penulis menganjurkan:

  1. Memasukkan variabel pendidikan sebagai variabel baru yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan media literasi.
  2. Memperluas defenisi keluarga, tidak saja ibu, melainkan anggota keluarga lainnya seperti ayah, bibi, paman, kakak, nenek/kakek sebagai orang terdekat dan tinggal dalam satu rumah. Hal ini mengantisipasi apabila ibu atau ayah sangat sibuk (terutama pada keluarga strata tinggi) dan sulit ditemui dalam penelitian
  3. Menggunakan data kualitatif seperti wawancara mendalam dan observasi , mengingat banyak informasi yang perlu digali lebih dalam berkaian dengan pengetahuan dan keterampilan media literasi.